In

Waspadalah-waspadalah!

Kemarin mungkin hari peringatan buat aku dari Tuhan, karna kalo ngga ada kejadian seperti itu, mungkin aku   tetap akan percaya bahwa semakin elit sebuah tempat akan berbanding terbalik dengan tingkat kriminalitas dan hal tersebut akan membuatku menurunkan tingkat kewaspadaanku.

Kejadian peringatan Tuhan ini terjadi ketika aku sedang berada di sebuah mall elit di kawasan Jakarta Selatan. Setelah membeli beberapa barang yang diniatkan, aku dan temanku memutuskan untuk menunaikan shalat terlebih dahulu, sebelum menyambung kegiatan selanjutnya. Lalu kami menuju musholla yang ada di mall tersebut, musholla nyaman yang dikhususkan untuk pengunjung. aku yang ntah kenapa hari itu merasa bahwa, tas dan barang berharga di dalamnya tidak perlu untuk diperhatikan, memutuskan untuk meletakkan tas di dalam area shalat selama aku berwudhu. Setelah itu, aku masih tetap ragu untuk memindahkan tas agar berada di depanku, padahal biasanya aku selalu meletakkan tas di depan atau di samping. Pada akhirnya, aku tetap membiarkan tas berada dibelakang, dengan asumsi bahwa di mall se-elit ini apalagi di dalam musholla, siapa yang hendak mencuri?

Ternyata dugaanku salah! setelah shalat, aku terkejut melihat tas dalam keadaan terbuka, padahal aku sangat yakin bahwa tas aku tutup sebelumnya. aku langsung memeriksa kebagian kecil tas sambil berdoa semoga masih tetap ada, dan ternyata, hilang, dua dompet di dalam tas, hilang kedua-duanya! aku terdiam, melihat sekeliling sambil berbicara dalam hati bahkan di tempat seperti ini pun aku tidak bisa meninggalkan barang-barang berharga. aku keluar dengan perasaan hampa, lalu melapor kejadian tersebut kepada security setempat.

Pengalaman hari itu sangat berharga. pertama aku jadi ingat pesan bang napi, kejahatan bisa terjadi dimana-mana. tidak perduli ditempat sekumuh atau se-elit apapun, yang jelas bisa terjadi dimanapun dan kapanpun, waspadalah-waspadalah!. kedua, ingat peribahasa "rambut sama hitam, hati siapa yg tahu?". ketiga, yang paling harus disadari, mungkin selama ini aku masih lupa untuk berbagi dengan yang kurang beruntung. masih menganggap bahwa yang aku dapatkan adalah pure milikku, padahal seharusnya tetap menyisihkan untuk mereka selain yang wajib dikeluarkan. 

Sejatinya materi yang kita miliki hanya titipan,  yang Maha Memiliki berhak untuk mengambil kapanpun, dimanapun, bagaimanapun. innalillahi wa inna ilaillahi rojiun. Dan mudah-mudahan karena Tuhan masih sayang padaku, akhirnya Ia memberikan shock terapi seperti ini, agar aku tetap berada di 'jalur' yang benar.

Related Articles

0 comments:

Posting Komentar